International Discourse Mahasiswa FSH UIN Jakarta x Mahasiswa Universiti Malaya
International Discourse Mahasiswa FSH UIN Jakarta x Mahasiswa Universiti Malaya

BERITA FSH, Ruang Rapat Madya – Hari terakhir student mobility program, Mahasiswa Universiti Malaya melaksanakan Internasional Discourse Bersama Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam Forum tersebut, para mahasiswa bertukar informasi tentang Perbandingan Sistem hukum di Malaysia dengan di Indonesia dengan mengangkat tema “The Position of Islamic Law in the Indonesian and Malaysian Legal System”. Kegiatan tersebut dibuka dengan Sambutan Wakil Dekan 3, Prof. Dr. Kamarusdiana, M.H. (Jum’at, 14/06/2024).

Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ahmed Najhan Arrohim menjadi perwakilan FSH dalam Internasional Discourse ini, selain itu dibuka juga sesi tanya jawab dan sharing sessions antar mahasiswa. Ahmed menerangkan sistem hukum yang berlaku secara general di dunia yang di antaranya yaitu Commown Law, Civil law, Hukum Islam, Hukum adat, dan Hukum Komunis. Lebih mengkrucut lagi di negara indonesia menganut tiga sistem hukum sekaligus yang hidup dan berkembang di masyarakat yakni sistem hukum civil, sistem hukum adat, dan sistem hukum Islam. Ketiga sistem hukum tersebut saling melengkapi, harmonis dan romantis. Hukum Islam mempengaruhi corak hukum di Indonesia karena mayoritas penduduk di Indonesia menganut agama Islam yang memungkinkan hukum Islam menjadi bagian yang penting dan berpengaruh dalam sistem hukum di Indonesia.

Hukum Islam sebagai bagian dari hukum yang hidup di masyarakat Indonesia sejak ratusan tahun lalu ternyata telah mempengaruhi corak hukum di Indonesia. Mayoritas penduduk di Indonesia menganut agama Islam memungkinkan hukum Islam menjadi bagian yang penting dan berpengaruh dalam sistem hukum di Indonesia, sehingga hukum islam mendapat keistimewaan dalam keberlakuan sistem hukum di Indonesia termasuk dengan adalangan peradilan khusus yang mengatur dalam setiap masyarakat muslim yang berperkara hukum privat.

Adanya peraturan perundang-undangan yang bernafaskan Syariah Islam seperti dalam UU penyelengaraan Haji, UU Perbankan Syariah, UU Wakaf, UU Zakat, Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan Peraturan Daerah Syariah (Perda Syariah) membuktikan bahwa negara Indonesia tidak melepaskan tanggungjawab urusan beragama dengan urusan negara/pemerintah. Selain itu, dibentuknya lembaga-lembaga bernuansa Islam seperti Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Badan Wakaf Indonesia, Kementerian Agama, Peradilan Agama, Bank Syariah dan Majelis Ulama Indonesia menunjukan bahwa hukum Islam telah berkembang selaras mengikuti perkembangan zaman bersama hukum negara. secara eksistensial, kedudukan hukum Islam dalam hukum nasional merupakan sub sistem dari hukum nasional. Sehingga hukum Islam juga mempunyai peluang untuk memberikan sumbangan dalam rangka pembentukan dan pembaharuan hukum nasional.

Selanjutnya perwakilan dari mahasiswa Universiti Malaya, Haizan Suhairil membahas mengenai Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur, Labuan dan Putrajaya, hukum Syarak dan undang-undang diri dan keluarga bagi orang yang menganut agama Islam, termasuk hukum Syarak yang berhubungan denga pewarisan, berwasiat dan tidak berwasiat, pertunangan, perkhawinan, perceraian, mas kahwin, nafkah, pengangkatan, penjagaan, alang, pecah milik dan amanah bukan khairat; Wakaf dan takrif serta pengawalseliaan amanah khairat dan agama, pelantikan pemegang amanah dan pemerbadanan orang berkenaan dengan derma kekal agama dan khairat, institusi, amanah, khairat dan institusi khairat Islam yang beroperasi keseluruhannya di dalam Negeri; adat Melayu; Zakat, Fitrah dan Baitulmal atau hasil agama Islam yang seumpamanya; masjid atau mana-mana tempat sembahyang awam untuk orang Islam, pewujudan dan penghukuman kesalahan yang dilakukan oleh orang yang menganut agama Islam terhadap perintah agama itu, kecuali berkenaan dengan perkara yang termasuk dalam Senarai Persekutuan; kenanggotaan, susunan dan tatacara mahkamah Syariah, yang hendaklah mempunyai bidang kuasa hanya ke atas orang yang menganut agama Islam dan hany berkenaan dengan mana-mana perkara yang termasuk dalam perenggan ini, tetapi tidak mempunyai bidang kuasa berkenaan dengan kesalahan kecuali setakat yang diberikan oleh undang-undang persekutuan, mengawal pengembangan doktrin dan kepercayaan di kalangan orang yang menganut agama Islam; penentuan perkara mengenai hukum dan doktrin Syarak dan adat Melayu.

Terkait undang undang kehartaan itu ada jenis harta pusaka yaitu ada harta pusaka ringkas, harta pusaka biasa dan harta pusaka besar. Di malaysia mahkamah syariah hanya berkaitan dengan hukum syariah saja seperti pengesahan waris dan ketetapan waris. Dalam konteks hukum keluarga itu terdapat fasakh, talaq, taqliq, farakh dan khulu. Dalam undang undang pidana terbagi pada undang undang jinayah dan undang undang jinayah syariah.[ANA]